Kamis, 24 Januari 2013

Opini : Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW



Pada hari ini umat islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal 1434 H. Di hari yang indah ini banyak sekali terjadi kontroversi. Dari beberapa forum yang saya ikuti di dunia maya, ada banyak muslimin dan muslimah yang menganggap itu bid'ah juga ada yang bilang itu dianjurkan. Kalau kita melihat kedalam sejarah, memang Nabi Muhammad tidak pernah memberikan wejangan untuk merayakan hari kelahirannya setiap tahun. Tapi beliau melakukan puasa senin-kamis dimana keduanya adalah amalan tersendiri. Dari situ dapat saya simpulkan bahwa :

1. Hukum merayakan maulid Nabi
Apabila kita puasa di hari itu. maka hukumnya adalah sah - sah saja. Walaupun tidak ada dalil yang kuat mengenai hal tersebut, namun kita bisa menganggapnya seperti hari senin - kamis biasa. Jadi juga tergantung niat kita, kita berniat untuk menghormati waktu dimana Nabi Muhammad dilahirkan. Kalaupun ada orang yang mengatakan itu bid'ah, biarkan saja karena mungkin kita beda pendirian. Dan juga tidak ada yang tahu siapa yang benar dan masih menjadi kontroversi sampai saat ini. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

2. Mengapa banyak yang mengatakan itu bid'ah
Hanya orang - orang yang beriman lah yang mampu menahan segala nafsunya. Yah, diluar sana banyak orang yang berkoar-koar menyerukan bahwa merayakan maulid Nabi adalah bid'ah karena tidak ada tuntunannya. Orang - orang yang seperti ini mungkin berperilaku seperti itu karena beberapa faktor. Kurang begitu mendalami ajaran agam islam yang benar dan mungkin hanya mengetahui secara syariat saja. Bisa saja hasutan dari oknum tertentu. Mengenai hal merayakan, kita semua juga tidak tahu mana yang benar, yang penting kita sudah berniat baik memperingati kelahiran Nabi kita.

Mungkin pendapat ane masih terbilang keceng, maaf ane masih tahap belajar untuk mendalami agama lebih lanjut. Kalau ada salah-salah katanya atau pendapat yang menyinggung anda mohon kritik dan masukannya diberikan. terima kasih banyak. Wallahu'alam bishowab.


Kamis, 10 Januari 2013

Video Renungan : "Saya pun menangis"



Seberapa besarkah keimanan kita terhadap keberadaan Allah SWT. Anda bisa bercermin melalui video berikut ini :



Saya pun menangis dan tak bisa berkata apa-apa selain memohon ampun kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Hanya kita saja yang terlalu menyepelekan hal-hal tersebut. Sudah saatnya kita bercermin pada diri kita sendiri. Sudahkah kita beriman sesuai ajaran agama Allah ? semoga tayangan video diatas dapat membuat sobat semuanya termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan iman terhadap karunia dan rahmat yang diberikan Allah SWT.

Minggu, 06 Januari 2013

Jaga Iman dengan Selalu Ingat Kematian

Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Itulah di namakan kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat  nanti. Barang siapa senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (na’udzu billahi min zalik).



Seperti foto ilustrasi foto di atas, ketika telur melihat telur lainnya sudah berubah bentuk dan akan menjadi santapan manusia. Sama hal nya dengan siklus kehidupan manusia, ketika ada orang meninggal maka, orang akan melihat orang lainnya akan berubah bentuk. Tentu, orang yang meninggal dikubur didalam tanah dan lama kelamaan akan habis dimakan oleh hewan-hewan tanah dan mungkin hanya tersisa tulangnya saja. Namun yang paling penting adalah kehidupan setelah kematian.

Itulah kehidupan abadi manusia, dimana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama di dunia dan mendapatkan ganjaran yang setimpal dan seadil-adilnya seperti firman Allah pada Surah At-Tiin (8) : Dan Allah adalah hakim yang seadil-adilnya. Yang berbuat baik selama hidup di dunia juga akan mendapatkan kebaikkan di akhirat nanti, dan yang berbuat jelek selama hidup di dunia juga akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

Maka dari itu sobat, selalu ingatlah kematian agar kita selalu dan bisa menikmati hidup yang hanya sementara ini. Menjaga iman kita agar kita mendapatkan kebaikkan baik di dunia maupun di akhirat. Semoga tulisan ini mampu memberikan motivasi kepada sobat semua agar selalu ingat akan kematian.

Rabu, 02 Januari 2013

Wanita di mata Lelaki



Bicara soal wanita, memang tiada habisnya. Keindahan yang diciptakan olehnya sungguh membuat setiap laki-laki akan menciptakan fantasi tersendiri terhadap wanita tersebut. Sobat CS-Pe ingat dengan lagu si Raja Dangdut yang berjudul Soleha ? Yups, lagu itu menyebutkan bahwa perhiasan paling indah di dunia adalah wanita soleha. seperti apakah sobat mendefinisikan tentang wanita baik atau soleha ? apakah harus berkerudung ? atau yang penting berkelakuan baik meski tanpa menutup aurat ?

Tentu setiap lelaki mempunyai pendapat tersendiri mengenai wanita. Tapi menurut admin sesuai pengalaman admin sendiri, ada beberapa tipe lelaki yang menganggap wanita itu apa, berikut ulasannya :

1. Lelaki Kurang Normal

Tipe lelaki seperti ini sangat sering dijumpai. Apalagi zaman sekarang ini yang rata-rata remaja menuntut kebebasan dari orang tua. Lelaki ini memandang wanita hanya sebagai pemuas hasrat/nafsu saja. Jadi, dia menginginkan wanita yang berfisik bagus dan cantik tanpa memperhatikan perilakunya. Jelas, wanita yang kurang baik pula lah yang menjadi pilihan. Biasanya, tipe wanita yang diinginkan berpakaian kurang sopan. Pakaian yang belum jadi biasa dipakai oleh wanita seperti itu.

2. Lelaki Normal

tipe lelaki seperti ini cukup banyak dijumpai pula, tapi tidak sebanyak tipe pertama. Lelaki seperti ini menginginkan wanita yang cantik namun juga berkelakuan baik. Dia menganggap bahwa masa depannya juga akan baik bila memiliki sesosok wanita seperti yang dinginkannya ini. Tapi pasti dalam pikirannya juga terdapat nafsu. Wanita yang diingikannya ini biasanya berpakaian sopan walau juga sering berpakaian ketat. Jadi bisa dikatakan menonjolkan sesuatu yang sudah menonjol seperti apa yang dikatakan Kyai Anwar Zahid dan juga bisa dikatakan sesuai hadis Nabi yaitu "Berpakaian tapi telanjang". Tipe ini lebih baik dari pada tipe pertama, karena selain ingin memiliki wanita yang cantik, namun dia juga memperhatikan kelakuan dari wanita yang diinginkannya.

3. Lelaki Yang Sangat Normal ( PRIA SEJATI )

Inilah yang menjadi idaman setiap wanita muslimah. Tipe ini memandang wanita yang soleha adalah perhiasan dunia yang paling indah. Selain mampu berkelakuan baik juga mampu berpakaian sopan dan menutupi aurat sesuai ketentuan syariat agama. Lelaki ini tidak mementingkan kecantikan. Karena tipe ini beranggapan bahwa kecantikkan yang sesungguhnya berasal dari dalam wanita itu sendiri. Tapi sayangnya, tipe ini jarang dijumpai. 


Itulah beberapa anggapan lelaki tentang wanita. Jadi agan-agan semua cakap-cakaplah dalam memilih wanita yang akan dijadikan pendamping hidup sampai akhir hayat agar tercipta keluarga Sakinah, mawadah dan warohmah.

Selasa, 01 Januari 2013

Kisah soal Jilbab/Kerudung (ngakak inside)




Lima bungkus Dadar Guling dihidangkan di warung kopi. Perbincangan hangat dimulai.

“Kyai, kenapa sih masih ngotot wanita harus pake jilbab?”
“Lha, kok sampeyan nanya gitu?”
“Jilbab itu kan, budaya Arab?”
“Lha, kok sampeyan bisa bilang gitu?”
“Kenyataannya begitu.”
“Terus, kalo saya bilang jilbab itu syari’at, sampean mau apa?”
“Jilbab itu kan dipake khusus buat shalat atau ke pengajian. Kalau di tempat umum ya mesti dibuka. Bego aja kebalik-balik.”

“Itu kan kata sampeyan. Saya aja engga ngotot sampeyan sebut jilbab sebagi budaya Arab.”
“Pakaian itu penggunaannya bersifat situasional. Kalau mau pergi mengaji ya pakai jilbab. Kalau mau berenang ya pakai baju renang. Masa renang pake mukena. Segampang itu kok nggak paham.”
“Emang, siapa yang berenang pake mukena?”
“Itu kan tamsil. Masing-masing pakaian ada tempatnya.”
“Astaghfirulllah. Eh, sampeyan boleh tidak setuju kalo jilbab itu bukan syari’at. Silahkan saja isteri dan anak-anak gadis sampeyan disuruh telanjang juga masa bodoh. Itu hak sampeyan. Tapi sebagai muslim terpelajar, omongan sampeyan justeru seperti orang yang tidak pernah “makan bangku” sekolahan.”
“Rata-rata orang yang berpikiran kolot emang kaya gitu. Pemikirannya bukan level saya.”
“Ya terserah. Lagian, banyak kok orang Islam yang lebih percaya penjelasan mufassir selevel Imam Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, An-Nasafi, AlBaidhowy atau Abu Su’ud. Ane juga lebih percaya penafsiran sahabat selevel Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas atau Ibnu Sirin daripada ocehan sampeyan.”
“He he he ... ya terserah Kyai lah. Jilbab kan hanya bungkus. Yang penting kan isi dan substansinya. Yang penting jadi orang baik.”

Kyai Adung mencomot sepotong dari lima potong Dadar Gulir yang masih berbungkus plastik. Tapi bukan untuk dicaplok dan dikunyah, namun diletakkan lagi di atas piring hidangan. Beberapa menit kemudian satu dua Laler Ijo datang dan nemplok di atas Dadar Guling itu. Makin lama, makin banyak Laler Ijo yang nemplok. Nampak sekali Laler Ijo itu menikmatinya lahap sekali. Dalam hati, Laler Ijo itu berucap terima kasih kepada orang yang sudah dengan senang hati membuka bungkus plastiknya. Sebab sejak tadi, air liur Laler Ijo itu sudah banjir dan cuman ngeces karena setiap kali dia hinggap di atasnya, bungkus plastiklah yang dihisapnya.

“Monggo,” kata kyai Adung menawarkan Dadar Guling pada rekannya itu. Tanpa sungkan, orang itu mengambil satu Dadar Guling yang masih terbungkus plastik, membuka dan melahapnya.
“Ane bolah tanya,” kata kyai Adung.
“Silahkan,” jawab orang itu mantap.
“Mengapa sampeyan tidak mengambil Dadar Guling yang sudah saya buka? Kan enak, sampeyan tinggal caplok tanpa repot membuka bungkusnya dulu.”
“Ih, jijik saya. Masa saya harus makan Dadar Guling yang sudah dikerubungi Laler Ijo? Kyai saja kalo berkenan.”
“Loh, apa salahnya? Plastik kan hanya sebatas bungkusan. Yang penting kan isi dan substansinya!”
“Ini kan pilihan saya. Saya merasa aman dengan Dadar Guling yang masih ada bungkusnya.”
“Nah, kalo begitu, biarkan orang-orang yang pake jilbab itu menjalankan pilihannya. Ndak usah dibilang bego dan kebalik-balik. Lha urusan Dadar Guling saja, sampeyan demen yang masih rapet!”

Twew!

Orang itu merasa omongannya nemplok ke mukanya sendiri. Dia nampak kikuk logiknya dibalikin logika kyai Adung. Buru-buru dia meraih lagi Dadar Guling yang masih tersisa. Barangkali untuk menutupi rasa kikuknya. Tapi naas, tiga buah dadar Guling yang masih terbungkus plastik sudah pindah di genggaman Kyai Adung. Sementara tangannya sudah terlanjur mencomot Dadar Guling telanjang yang sudah dikerubungi Laler Ijo.

Kekekekek, dasar jail. Kyai Adung malah siul-siul terus mengunyah Dadar Guling, menyeruput kopi pesanannya dan pura-pura tidak tahu aksi orang di sampingnya itu.