Allah Tak Pernah Tidur dan Allah Maha Adil
Always Prays |
Huda, begitulah nama itu
sering dipanggil di sebuah daerah bernama Sukabaru. Dia adalah seorang anak
yang dilahirkan dari keluarga yang pas-pasan. Ayahnya bekerja di sebuah
perusahaan terkenal di kotanya sebagai supervisor dan ibunya sebagai ibu rumah
tangga. Dia memiliki 2 orang kakak, laki-laki dan perempuan. Kedua kakaknya
sudah berumah tangga. Sekarang dia sedang menempuh pendidikannya di
sebuah perguruan tinggi swasta di kotanya. Dan sudah hampir skripsi.
sebuah perguruan tinggi swasta di kotanya. Dan sudah hampir skripsi.
Memang sejak kecil dia
sudah dimanja oleh orang tuanya. Apalagi dengan ayahnya. Jadi dia lebih dekat
dengan ayahnya. Huda terkenal dengan sebutan sebagai cukong (peramal togel)
muda yang terkenal di daerahnya. Dia sering dimintai nomor oleh tetangga-tetangganya.
Meskipun begitu ia tak pernah meminta imbalan apapun dari sang peminta nomor,
karena tidak enak kalau memberi bantuan dengan pamrih.
Mengaji, rasanya sebuah
kata yang jarang dikerjakannya. Apalagi lingkungannya yang kebanyakkan para
pemudanya suka mabuk-mabukan. Pada waktu SMA pelan tapi pasti, huda pun ikut
terjerumus di dalamnya. Hampir tiap malam dia melakukannya bersama teman-teman
sebayanya di kampung. Pada suatu saat, akhirnya dia dipertemukan oleh seorang
gadis cantik yang siapa saja melihatnya pasti akan suka. Gadis yang berkerudung
itu namanya Afika. Huda mengenalnya lewat akun sebuah jejaring sosial dan
berhasil mengajaknya ketemuan di sebuah Mall dekat rumahnya. Pada waktu bertemu
itu, huda kaget kenapa gadis itu tak mau berjabat tangan dengannya namun cukup
tersenyum dan menyapanya dengan sebuah salam, “Assalamu’alaikum, huda kan ?”.
Huda pun terkejut, mendengar suaranya yang halus dan seolah menggema di dalam
hati. Sambil melihatnya tanpa berkedip, huda menjawab, “ wa’alaikumsalam. Iya
benar, kamu Afika ya?”. Afika pun menjawab,”iya benar mas huda. Maaf saya harus
pergi dulu. Karena tujuan saya kemari cuma sekedar bertemu dengan mas dan tidak
lebih dari itu. “Assalamu’alaikum” sambil berjalan menjauh dari huda dan
tersenyum. Huda terheran-heran dan tidak menjawab salam itu.
Begitu terkenang,
sampai-sampai huda kerap kali bengong mengingat akan wajah manis merah merona
seperti buah merah delima itu. Dan dia pun instropeksi diri. “apakah aku
mungkin mendapatkan gadis solehah nan cantik itu? Sedangkan aku tiap hari
kerjanya mabuk-mabukan dan main perempuan dilokalisasi”, gumam huda. Sejak
itulah huda jarang terlihat keluar dari rumahnya. Karena setelah pertemuan yang
singkat itu, huda menoba menghubungi Afika lewat telepon dan jejaring sosial. Namun
tidak pernah ada balasan dari Afika. Dia pun berupaya untuk berhenti melakukan
perbuatan maksiatnya. Dia mulai belajar mengaji dengan temannya waktu SMP
dulu yang sekarang jadi Ustadz muda di daerahnya. Ustad itu bernama Muhammad
Fathurrohman. Dia curhat dengan Rohman mengenai kisah kelam hidupnya sampai dia
bertemu dengan afika. Dan dia terus berdo’a agar dipertemukan dengan gadis yang
sudah meluluhkan hatinya itu.
Setelah 2 tahun mengaji
bersama Rohman, huda sudah menjadi pemuda yang berbudi pekerti dan beriman. Tak
jarang dia memberi kutbah singkat kepada teman-teman sejawatnya yang sering
mabuk-mabukan. Kemudian dia meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi swasta
di kotanya.
Allah Tak Pernah Tidur,
Huda beranggapan seperti itu karena dia beranggapan do’anya sudah dijawab oleh
Sang Pencipta. Dia dipertemukan dengan Afika pada saat menempuh pendidikannya
di perguruan tinggi tersebut. Ternyata Afika juga kuliah di sana. “Engkau
begitu adil Ya Allah” gumam dalam hati Huda. Karena ia berkeyakinan bahwa barang siapa yang berbuat kebaikkan, maka
akan menuai kebaikkan. Dan hasil yang dirasakan Huda itu adalah ia
dipertemukan kembali dengan Afika tanpa rencana apapun kecuali itu merupakan
rencana Allah SWT. Dialah seorang gadis solehah nan cantik yang selalu menjadi
baying-bayang dalam benak Huda. Dan Huda pun bersyukur kepada Allah SWT atas
nikmat dan karunia-Nya yang diberikan kepadanya.
Setelah semakin akrab
dengan Afika, Huda pun memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada Afika.
Dan Afika pun tak menjawab namun cuma tersenyum. Huda pun bertanya, “kenapa
engkau tak memberikan jawabannya”. Dengan sedikit malu, afika menjawabnya,
“bukannya aku tak memberi jawaban, tapi aku masih bimbang akan semua ini”.
“Bimbang kenapa kamu ? “, Tanya Huda. “Kelak kau akan tahu sendiri jawabannya”,
jawab Afika. Ternyata ini pertemuan terakhir Huda dan Afika di masa perkuliahan
ini.entah kemana menghilangnya Afika dari kampus tersebut. Dan dalam hatinya ia
kembali berkata, “Mungkin ini bukan
berarti tidak akan terjadi, tapi masih belum terjadi dan aku yakin ini adalah
rencana Tuhan Semesta Alam, ALLAH SWT”.
Posted by
01.36
and have
0
komentar
, Published at
Tidak ada komentar :
Posting Komentar