Waktu saya SD, Radio Republik
Indonesia (RRI) selalu menjadi idola. Sebabnya, secara berkala dipilih sebuah
SD untuk mengisi acara. Bisa nyanyi, atau puisi. Wih senangnya waktu pertama
kali masuk studio. Ruangannya tidak terlalu luas, ada seperangkat gamelan di
pojokan. Lalu ada ruangan kaca tempat penyiar berada. Selama acara, kami harus
tidak bersuara, dan mulai menyanyi ketika ada aba-aba.
Siaran radio hanya ada di frekwensi AM, radionyapun harus
menggunakan antena dan tombol putar. Terlihat jarum bergerak saat tombol
digerakkan. Jumlah stasiun radio mungkin hanya bisa dihitung dengan jari
tangan, dengan RRI masih mendominasi. Acaranya sampai larut malam, terutama
kalau ada pagelaran wayang.
Menginjak remaja, mulailah FM berjaya. Banyak radio berselera
remaja, dengan penyiar yang berdialek (berusaha) Jakarta. Yah, ada logat
Jawanya sesekali ngga pa pa deh. Radio jadi hiburan utama di rumah, karena TV
swasta belumlah banyak. Request lagu merupakan acara utama, dengan
salam-salaman sesama teman. Padahal tiap hari juga ketemu di sekolah. Lagu
barat mulai jadi idola, kalau ngga ngerti liriknya, malu lah.
Saat ini hidup radio agak susah. Lawan media banyak juga, mulai
dari televisi sampai internet. Semua mempunyai kelebihan yang radio tidak
punya. Gambar, update berita dan sharing lagu. Bagaimana radio dapat bertahan
di tengah situasi yang penuh persaingan?
Ada radio yang memiliki spesialisasi pada hal tertentu.
Misal radio khusus melaporkan keadaan jalan, radio khusus musik jazz, radio
khusus talk show. Dengan menciptakan pasar yang makin spesifik, menyebabkan
mereka memiliki penggemarnya sendiri. Radio lain memiliki jaringan di tiap kota
besar, sehingga berita dan liputan dapat diperbarui dengan cepat. Yang lain memanfaatkan
teknologi. Radio dapat didengar di mana saja dengan teknologi streaming. Jika
susah, ada aplikasi yang dikeluarkan radio tersebut yang dapat diinstall pada
gadget yang dimiliki pendengar.
Keberadaan penyiar bukan lagi menjadi kunci utama. Hanya sedikit
penyiar yang mampu bertahan dengan gaya khasnya. Tidak ikut-ikutan dan selalu
dinanti pendengar setia.
Radio kini tak didengar lagi saat berada di rumah. Lebih banyak
media yang menggoda untuk digunakan. Namun saat berkendara, radio merupakan
alternatif hiburan menemani perjalanan.
Maka dari itu, untuk memperingati
Hari RRI besok tanggal 11 September, kita berdayakan lagi kekuatan yang dulu
menjadi Pilihan Utama dalam bertukar pikiran. Tanpa adanya Radio kita juga
tidak akan mengetahui berita-berita terkini mengenai dunia pada waktu itu.
SELAMAT MENYAMBUT HARI RRI (Radio
Republik Indonesia) besok 11 September. Semoga Berjaya Radio Republik
Indonesia.
Posted by
22.44
and have
, Published at