Bagi pencinta berat bahasa Indonesia, janganlah Anda tersinggung
dengan judul di atas. Kita santai-santai saja membahasnya, karena semua bahasa
di dunia, termasuk bahasa Inggris, tak luput dari kelirumologi ini. Dalam
bahasa Inggris ada nama binatang ‘guinea pig’ yang bukan termasuk
golongan babi (dia adalah ‘marmut’), ada nama buah ‘grapefruit’ yang
bukan termasuk jenis ‘anggur’, ada istilah ‘near miss’ yang maknanya
bukan ‘hampir luput’, tapi justru ‘hampir kena’ (misalnya untuk melukiskan
orang yang hampir tertubruk mobil atau orang yang hampir terkena tembakan
peluru). Jadi karena sudah ‘kadung’ keliru, ya tetap saja dipakai orang sampai
sekarang. Persis seperti judul lagu ‘Terlanjur Sayang’nya Memes.
Kita sering mendengar istilah ‘tukar guling’, yang
dimaknai dengan pertukaran lahan dan bangunan di suatu lokasi dengan padanannya
di lokasi yang berbeda. Namun mengapa ada kata ‘guling’, pasangan dari
‘bantal’? Apakah bangunan ini diibaratkan seperti guling untuk saling
dipertukarkan? Ternyata bayangan ‘guling’ dalam benak kita sudah salah kaprah.
Istilah ini rupanya menyadur dari bahasa Belanda ‘ruilen’ yang selain
bermakna ‘tukar’ juga berkonotasi ‘berguling’. ‘Guling’ dan ‘berguling’ tentu
tak sama perwujudannya bukan?
Istilah ‘musik cadas’ sebagai pemadanan dari ‘rock
music’ juga termasuk dalam bahasa kelirumologi. Kata ‘rock’ dalam
istilah ‘rock music’ ini, sebetulnya bukan mengacu pada ‘batu karang’
atau ‘cadas’, namun pada ‘gerakan bergoyang ke sana kemari’ (to rock).
Kita mengenal pula istilah musik ‘rock and roll’ (yang makna harfiahnya
‘bergoyang dan berguling’). Namun karena ‘genre’ musik ini menampilkan karakter
irama yang keras bak cadas (bukan yang lembut seperti kapas), maka istilah
‘musik cadas’ pun bisa diterima dalam wacana bahasa kita.
Istilah ‘yang berwajib’ juga menggoda saya untuk
memasukkannya dalam kotak kelirumologi. Mengapa ‘yang berwajib’ kita identikkan
dengan polisi? Bukankah ‘yang berwajib’ dapat diterapkan pada siapa pun yang
memiliki kewajiban sesuai dengan profesinya masing-masing. Kelirumologi yang
sama sering juga kita ucapkan berkenaan dengan personil polisi yaitu dengan
istilah ‘yang berwenang’. Seolah-olah pamong yang mempunyai
kewajiban dan kewenangan hanyalah polisi belaka.
Lantas pernahkah Anda
mendengar istilah ‘organ tunggal’? Bahkan ada pula penyebutan
’pemain organ tunggal’. Mengapa ada kata ’tunggal’ di sini? Bukanlah orang
sudah mafhum bahwa organ yang dimainkan sudah pasti tunggal? Kalau yang ingin
disampaikan di sini adalah ’pertunjukan orkes di mana hanya ada satu alat musik
saja yaitu organ’, maka tentunya yang lebih tepat dikatakan adalah ’orkes
tunggal’ atau ’orkes solo’. Sama halnya dengan penyebutan ’penyanyi solo’ (solo
singer) di mana yang bernyanyi hanyalah satu orang biduan saja.
Istilah salah kaprah yang
sering kita ucapkan tanpa disadari kelirumologi-nya adalah ’salah satu’.
Dalam bahasa Inggris kita mengatakan dengan ’one of’, misalnya pada
frasa ’one of the reasons’ (salah satu alasan). Juga dapat juga
dipadankan pada kata ’either’, misalnya pada kalimat Which ones
do you want? Either one. (Mana yang kau mau? Salah satu saja). Kita
boleh saja menggugat mengapa ada kata ’salah’ di sini? Tak ada sedikit pun
kaitan dengan perbuatan ’salah’ atau ’menyimpang’ di sini. Kalau ’one of the
men’ boleh kita sadur dengan ’salah satu dari lelaki itu’, seharusnya frasa
’two of the men’ boleh kita katakan dengan dengan ’salah dua dari lelaki
itu’. Tetapi
faktanya ’salah dua’ tak dikenal dalam wacana kita. Demikian pula dengan
istilah ’pukul rata’ yang bermakna ’kira-kira’. Kalau kita boleh
sedikit berkhayal mendengar kata ’pukul rata’, maka akan terbayang buah emping
yang dipukul-pukul di atas talenan kayu hingga menjadi rata (gepeng).
Apa boleh buat (istilah ini
sepertinya juga kelirumologi), setiap bahasa mempunyai keganjilan tersendiri
yang tak jarang membuat penutur asing terheran-heran. Mungkin justru di sinilah
letak keindahan dan keunikan dari setiap bahasa.
Posted by
19.39
and have
, Published at